Trisulamaluku.com, Ambon, Maluku,Ketua DPD PDI Perjuangan (PDIP) Provinsi Maluku, Benhur Watubun, menegaskan bahwa Maluku memiliki posisi strategis dalam sejarah dan masa depan pembangunan nasional, terutama dalam konteks Indonesia sebagai negara maritim. Menurutnya, gagasan besar tentang maritim sejatinya lahir dari pemikiran Bung Karno, yang ingin menjadikan Maluku sebagai laboratorium utama penelitian kemaritiman Indonesia.
“Sebetulnya, maritim itu gagasannya Bung Karno. Beliau ingin menjadikan Maluku sebagai laboratorium besar penelitian kekuasaan geografi. Seluruh proses penelitian di bidang kemaritiman seharusnya berawal dari sini — karena Maluku adalah pemicunya, lumbung utamanya, dan basis utama kekuatan laut Indonesia,” ujar Benhur dalam keterangan pers di Ambon.
Benhur menjelaskan, secara geografis, Maluku memiliki karakteristik unik dan kekayaan alam yang luar biasa. Wilayah ini terdiri atas pulau-pulau besar seperti Pulau Buru, Pulau Seram, dan Pulau Ambon, serta lebih dari 1.300 pulau kecil yang menyimpan potensi kelautan, perikanan, dan keanekaragaman hayati yang melimpah.
“Maluku ini sumber daya lautnya melimpah. Dari sekitar 1.340 pulau, hanya sekitar 40 yang tergolong besar. Sisanya adalah pulau-pulau kecil yang kaya dengan sumber daya kelautan dan hayati,” jelasnya.
Menurut Benhur, kekayaan laut dan posisi strategis Maluku menjadi alasan kuat mengapa Bung Karno menempatkan wilayah ini sebagai ‘Lotus’ — pusat laboratorium kemaritiman nasional.
Lebih lanjut, Benhur mengingatkan pentingnya mengubah paradigma masyarakat terhadap laut dan sungai. Ia menegaskan bahwa laut bukanlah tempat pembuangan limbah, melainkan beranda depan kehidupan bangsa.
“Dalam Kongres Ketiga PDI Perjuangan dulu sudah ditegaskan bahwa laut adalah beranda depan. Jadi kalau masih ada yang menganggap laut atau sungai sebagai dapur untuk membuang limbah dan kotoran, itu keliru besar. Kita harus memuliakan laut dan sungai sebagai bagian dari penghormatan terhadap lingkungan,” tegas Benhur.
Ia menambahkan, menjaga laut berarti menjaga keberlanjutan kehidupan manusia. Hal ini, katanya, sejalan dengan visi politik hijau PDIP, yang menekankan keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian alam.
Sebagai langkah nyata, PDIP Maluku berkomitmen untuk menggelar program penghijauan besar-besaran usai pelaksanaan konferensi daerah partai.
“Setelah konferensi daerah, langkah awal kami adalah memulai proses penghijauan di berbagai wilayah, seperti di Gunung Nona, Siwang, dan Passo. Beberapa tahun lalu kami juga sudah melakukannya di daerah Waiheru dan sekitarnya. Sekarang kami ingin melanjutkannya dengan nilai-nilai yang lebih produktif,” ungkapnya.
Menurut Benhur, gerakan penghijauan ini merupakan bagian dari komitmen PDIP dalam menanamkan nilai-nilai politik hijau, yang tidak hanya berfokus pada kekuasaan, tetapi juga pada tanggung jawab moral terhadap lingkungan dan masa depan generasi muda Maluku.
Benhur menegaskan bahwa perjuangan PDIP di Maluku bukan hanya soal politik elektoral, tetapi juga gerakan moral dan ekologis untuk menjaga laut, sungai, dan hutan agar tetap menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat kepulauan.
“Kedaulatan maritim dan penghijauan adalah dua sisi dari perjuangan yang sama. Kita ingin membangun Maluku yang kuat dari laut, dan hijau dari darat. Dengan begitu, keadilan sosial dan kesejahteraan bisa benar-benar dirasakan oleh seluruh rakyat Maluku,” pungkas Benhur. (*om)






